Aku berkendara dengan kecepatan yang cukup menegangkan: disaat aku ingin melambat menikmati pemandangan sepanjang jalan.
Tak sadar, kendaraan dibelakangku melaju lebih kencang.
Seketika, aku tertabrak truk tangki yang membawa penuh kenangan, aku oleng.
Muatannya memenuhi sanubariku, membuat segala emosi terpendamku bangkit dari masa lalunya dan mencari sepasang mata yang pernah menatapku dengan cinta yang begitu penuh.
Seat beltku lepas, seakan aku tidak pernah menggunakannya untuk berkendara.
Aku membiarkan diriku hanyut dalam ingatan-ingatan yang semestinya kulupakan.
Aku membiarkan semuanya lepas, sampai aku lupa; ada tamparan-tamparan kecil dari gusar sebuah bibir yang mengingatkan aku untuk tetap berada di pijakkan.
Setengah sadar, aku berusaha bangun dengan kenangan disekujur tubuh.
Beberapa datang mengulurkan tangan, kuraih, tetapi hanya untuk ku lepas.
Dan aku jatuh kembali berlumuran kenangan.
Kulihat kendaraanku rusak parah.
Aku terdiam.
Kulihat lagi pengemudiku, ia diam tersenyum getir kearahku.
Di dadanya tertancap sebuah kaca seperti panah, basah dengan kenangan.
Pandangannya hilang, tapi aku masih bisa menangkap bayanganku samar-samar.
Tidak, dia tidak mati dengan luka seperti itu.
Tetapi ia mati dalam hatinya.
Dia pernah berjanji akan membawaku sampai ke tujuan.
Inikah tempat yang ku tuju?
Inikah tempat yang ingin dia tuju?
Inikah tempat yang akan kita tuju?
.V