Aku pernah merasakan hal yang bahkan tidak pernah terbayangkan.
Hal yang mungki terlalu membujuk untuk ku larut dalam dimensinya.
Ku agungkan tiap patah kata dalam sorotan tajam yang ada diujung bibir mu.
Dan aku terpana dalam tiap patah kata tersebut.
Mengagumkan;
Ku hanya terdiam membisu menelaah tiap rentetan kata dari mu seperti peluru yang menyongsong.
Aku tak kuat namun sanggup.
Itulah ketika aku tulus merajuk sayang bersama mu.
Namun semua rajukan itu sirna.
Aku mati bersama dimensi yang telah memebelah tiap bagian perasaan yang mulai usang.
Kepastian mu membawa ku dalam dilema.
Perih;
Aku hanya berusaha tegar untuk menjaga kestabilan mu.
Sebagai pengalihan bahwa aku tidak dapat menjaga kestabilan diri ini.
Aku mati dalam kepastian mu.
Aku mati dalam tiap rangkai kepastian akhir dari sebuah ucapan mu.
Benar, aku mati;
Aku terlalu mudah terombang ambing untuk sebuah ukuran kehidupan.
Pengalaman ku tidaklah mencukupi untuk menerima realitas pahit kehidupan.
Jatuh;
Tiada sikap yang pantas selain menghlangkan disaat aku berada diatas desakan yang mengharuskan.
Aku harus pergi dan hilang dari sebuah peristiwa yang fatal ini.
Aku bersiap;
Aku mempersiapkan jiwa dan raga untuk sebuah akhir yang mungkin akan terealisasi di suatu waktu nanti.
Dan aku hilang;
Mengenyahkan tiap kata manis dengan keterpaksaan.
Aku pun H.I.L.A.N.G dan M.A.T.I.
No comments:
Post a Comment