Sunday, 9 November 2014

Tak Perlu, Jika

Dan jika kita membicarakan prihal cinta..
Kadang kita dibuatnya terperdaya..
Kadang kita dibuatnya tersenyum..
Kadang, kita akan tersenyum pedih dibuatnya..

Tak perlu bicara pasal CINTA.
Jika memang tak benar-benar mengambil kisahnya.

Tak perlu bicara tentang PERASAAN.
Jika dia tidak pernah benar-benar ada dihati.

Tak perlu menunjuk ke dada.
Jika hanya bisa melukai.

Tak perlu bicara CINTA SEJATI.
Jika hanya berujung dengan perpisahan.

Tak perlu memandang mata.
Jika berbohong.

Tak perlu mengatakan HAY.
Jika kelak kau berkata BYE.

Tak perlu berkata DIA SATU-SATUNYA.
Jika masih ada orang yang mampu menyelinap dihatimu.

Dan..
Tak perlu mengunci hati.
Jika tak ada anak kunci yang sanggup membukanya kelak.

Mencintailah dengan sekedarnya.
Mungkin dia akan menjadi kebencianmu kelak.
Dan bencilah yang kau benci dengan sekedarnya.
Karena mungkin dia akan menjadi kecintaanmu kelak.

Jangan terpedaya oleh senyum manis.
Karena awan gelap pada mulanya juga terlihat terang.
Jangan tertipu oleh senyum manis.
Percayalah, kadangkala racun ada di dalam manisan.

IDEAL[IS][ME]

Terlalu rahasianya sebuah ruang.
Hingga dia tak terjamah.
Berjejer berbagai bentuk topeng nista.
Yang tersenyum, tertawa, termenung dan merenung.

Sebenarnya..
Manusia mempunyai muka, persis seperti topeng.
Dan kegelapan sebagai dasar.
Tidak bisa ditebak.

Mengapa masih jua.?
Disaat topeng merajalela.
Memaksa tuk dipasang dan meminta tuk dipandang.

Lelakon sandiwara memainkan aksinya.
Mereka mengharapkan rasa menembus asa.
Idealis memang, tapi itulah sandiwara.
Tanpa peduli sekitarnya.
Yang tak digubris dan tetap pada egonya.

Penonton setia mengemis.
Mengharap tayangan manis dan toper segera laris.

Demi tampilan peran.
Topengpun dipaksa berhias senyum.
Mengesampikan paras murung.
Entah sampai kapan.

Waktu terus berlalu.
Topengpun semakin termakan waktu.
Topeng retak.
Berserakan seperti potongan sampah.
Senyum.. Lekas beranjak.