Terlalu rahasianya sebuah ruang.
Hingga dia tak terjamah.
Berjejer berbagai bentuk topeng nista.
Yang tersenyum, tertawa, termenung dan merenung.
Sebenarnya..
Manusia mempunyai muka, persis seperti topeng.
Dan kegelapan sebagai dasar.
Tidak bisa ditebak.
Mengapa masih jua.?
Disaat topeng merajalela.
Memaksa tuk dipasang dan meminta tuk dipandang.
Lelakon sandiwara memainkan aksinya.
Mereka mengharapkan rasa menembus asa.
Idealis memang, tapi itulah sandiwara.
Tanpa peduli sekitarnya.
Yang tak digubris dan tetap pada egonya.
Penonton setia mengemis.
Mengharap tayangan manis dan toper segera laris.
Demi tampilan peran.
Topengpun dipaksa berhias senyum.
Mengesampikan paras murung.
Entah sampai kapan.
Waktu terus berlalu.
Topengpun semakin termakan waktu.
Topeng retak.
Berserakan seperti potongan sampah.
Senyum.. Lekas beranjak.
No comments:
Post a Comment