Monday, 29 October 2012

Pelacur

Banyak profokasi aktif yang selalu menjatuhkan dia, pelacur.
Komentar panas, menghakimi dan menjangkit adalah hal biasa bagi dia, pelacur.


Bagi mereka yang hanya tau dirinya sendiri, dia akan lebih menikmati egonya.
Apalagi bila dia menganggap dirinya yang paling tau akan hal yang tidak umum.

Kenikmatan baginya adalah sebuah hakikat pasti yang harus dinikmati seksama.
Tanpa perduli dengan aksi yang berlebih dari yang dilakukan.
Berbagi adalah harkat yang bermartabat baginya, yang menggilir tiap vagina dari satu penis ke penis yang lain.
Ketidak perdulian akan kehormatan orang lain membuatnya intrik untuk hal kenikmatan duniawi dan kebebasan seks.

Pelacur...
Mereka adalah sebuah jajahan malam para lelaki yang haus akan seks.
Mereka ada akibat keterpaksaan.
Keterpaksaan yang memebawa mereka pada dilema pahitnya kehidupan nyata.

Dan Buat mereka, melacur adalah kegiatan yang halal jika mengharuskan.

Bagi mereka yang hanya bisa meludah diatas martabat pelacur.
Bahwasanya dia hanya menggonggong diatas aungan sendiri.

Hey Hey Hey kamu, pelacur.
Berbanggalah akan dirimu yang sangat mahal.

Bagi sebagian orang yang mengerti, kamu bahkan lebih baik dari sebagian kaum adam yang hanya bisa menghina mu.
Sadarkah kaum adam itu berapa harga yang pantas untuk mereka??

Bahkan nominal pun tidak pantas untuk mewakili kaum adam tersebut.

Sadarkah dia bahwasanya kamu itu adalah orang yang hanya tersesat di dunia yang salah.
Kamu tidak akan mau jika bisa memilih.

Banyak orang bisa menikmati tubuh mu, tapi tidak hati mu.

Buat ku, kau tetaplah kaum hawa yang selayaknya.
Mahal;

Bukan dilihat dari sebagai mana strata dan status mu di kehidupan.
Tapi bagaimana kamu mengaplikasikan hidup mu demi hal yang lebih baik.
Hidup adalah jalan mu, bukan jalan mereka yang bahkan jalang karna gonggongannya.

"Hidup yang baik adalah kamu menghargai hidup mu tanpa melihat siapa kamu dimata orang lain"

Sunday, 7 October 2012

Kelamin Ku di Kelamin Mu


Awalnya semua berjalan normal.
Aku adalah aku.
Kamu cumalah kamu.

Kita sangat terpisah dalam tatanan hidup.
Kamu hidup dengan dunia mu, begitu pun aku.

Sampai tiba saat dimana kita mengijak dunia realitas kita ber dua.

Hey, ingatkah kamu dimana kita bertemu??
Benar, saat kamu sedang berduka.
Dan dia yang terpenting buat mu berpindah ke dunia lain.

Hey, ingatkah kamu kapan kita ber tutur sapa akrab??
Benar, saat itu.
Saat dimana aku tau siapa aku dengan segala ke songongan ku.

Hey kamu...
Apa masih ingat kapan kita bercumbu??

Ah bukan, bukan berapa kali kita bercumbu.
Tapi, kapan kita bercumbu pertama kali??

Aku rasa kamu tak akan lupa.

Bukan berkaitan dengan hal intrik, atau pun masalah simbiosis mutualisme.
Tapi, bagaimana sebuah rasa nyaman.
Nyaman yang membawa kita melaju lebih jauh ber dua.

Masih ingatkah kamu dengan Kasur itu??
Dia saksi dimana kita saling melarut dan bersama.

Dimana tiap ujung bibir saling bertemu dan membentuk tiap kenangan indah.

Sangat manis;

Saat kita saling bersentuh, saat itu kita saling menikmati.
Dan tiap bertemu, itulah saat tiap ukiran yang membentuk sebuah kenangan terjadi.

Kelamin mu adalah simbol dimana kamu ada.
Kelamin ku adalah simbol dimana aku temukan sebuah pengalaman baru.

Dan disaat kedua kelamin tersebut menyatu.
Disitulah kamu dan aku menyatu.

Terus terjadi tanpa henti.
Kita tidak bisa melawan rasa yang semakin nyata.
Senyata rasa ketika semua bersatu.

Aku memanglah bukan yang pertama mempersatukan kelamin itu.
Dan kamu yang pertama mempersatukannya dengan ku.

Aku berharap walau bukan yang pertama, tapi menjadi yang terakhir.
Walau realitas membawa semua dengan arah sebaliknya.

Cumbu dan cumbu dengan terus menyumbu.

Kelamin ku punya ku.
Kelamin mu untuk ku.

Kelamin ku rasa ku.
Kelamin mu rasa ku.

Sebuah hal yang indah dan akan semakin indah walau jarak dan waktu memisahkan.