Awalnya semua berjalan normal.
Aku adalah aku.
Kamu cumalah kamu.
Kita sangat terpisah dalam tatanan hidup.
Kamu hidup dengan dunia mu, begitu pun aku.
Sampai tiba saat dimana kita mengijak dunia realitas kita ber dua.
Hey, ingatkah kamu dimana kita bertemu??
Benar, saat kamu sedang berduka.
Dan dia yang terpenting buat mu berpindah ke dunia lain.
Hey, ingatkah kamu kapan kita ber tutur sapa akrab??
Benar, saat itu.
Saat dimana aku tau siapa aku dengan segala ke songongan ku.
Hey kamu...
Apa masih ingat kapan kita bercumbu??
Ah bukan, bukan berapa kali kita bercumbu.
Tapi, kapan kita bercumbu pertama kali??
Aku rasa kamu tak akan lupa.
Bukan berkaitan dengan hal intrik, atau pun masalah simbiosis mutualisme.
Tapi, bagaimana sebuah rasa nyaman.
Nyaman yang membawa kita melaju lebih jauh ber dua.
Masih ingatkah kamu dengan Kasur itu??
Dia saksi dimana kita saling melarut dan bersama.
Dimana tiap ujung bibir saling bertemu dan membentuk tiap kenangan indah.
Sangat manis;
Saat kita saling bersentuh, saat itu kita saling menikmati.
Dan tiap bertemu, itulah saat tiap ukiran yang membentuk sebuah kenangan terjadi.
Kelamin mu adalah simbol dimana kamu ada.
Kelamin ku adalah simbol dimana aku temukan sebuah pengalaman baru.
Dan disaat kedua kelamin tersebut menyatu.
Disitulah kamu dan aku menyatu.
Terus terjadi tanpa henti.
Kita tidak bisa melawan rasa yang semakin nyata.
Senyata rasa ketika semua bersatu.
Aku memanglah bukan yang pertama mempersatukan kelamin itu.
Dan kamu yang pertama mempersatukannya dengan ku.
Aku berharap walau bukan yang pertama, tapi menjadi yang terakhir.
Walau realitas membawa semua dengan arah sebaliknya.
Cumbu dan cumbu dengan terus menyumbu.
Kelamin ku punya ku.
Kelamin mu untuk ku.
Kelamin ku rasa ku.
Kelamin mu rasa ku.
Sebuah hal yang indah dan akan semakin indah walau jarak dan waktu memisahkan.
No comments:
Post a Comment