Sunday, 1 November 2015

Sapa

Untuk yang seharusnya tidak perlu kamu tau..

Anggap ini sebagai jembatan yang menghubungkan sebuah sapa yang sedang tak berani untuk ku utarkan.
Aku terlalu merindu hingga terlalu ingin bertemu dan tak ingin kamu tahu.
Aku terlalu menginginkan pertemuan yang bahkan aku tak tau memulainya dari mana.

Tahukan bahwasanya jika mencintai diam-diam maka tidak akan pernah mendapatkan apa-apa selain bersiaga andai sewaktu-waktu tertelan oleh rasa kehilangan.?
Tapi aku bisa apa.?
Sambil melihat punggungmu berlalu dari stasiun kereta waktu itu, aku melepasmu.
Sepuluh kali dua puluh empat jam, tak ada sorot mata yang bertukar tatap. 
Tapi semakin temu tak dihadiahkan untukku, semakin pikirku bekerja dua kali lipat memikirkanmu.
Tak bisa menunggu waktu yang tak pernah pasti.

Lama sekali aku tak mencicipi rindu.
Beginikah rasanya.?
Jika memang kamu sang ahli, bolehkan kau ajariku tentang rindu.?
Mungkin untuk sekiranya merasakan yang lebih merindu walau tanpa sebuah temu.
Atau setidaknya agar aku tau cara untuk membuat semua nampak baik-baik saja.

Semoga tidak terlalu lama sorot tajam matamu bisa beradu denganku.
Semoga tidak terlalu lama aku menyimpan sebuah rindu.
Semoga segala yang baik akan dipertemukan untuk kita..

Thursday, 9 July 2015

Jarak

Tutup kedua mata untuk mengingat dan mendekatkan hati yang terpisah jarak.

Saat mengenal makna dari cinta dan kenangan.
Saat lebih mengakrabkan diri pada malam.
Saat semua tampak tidak baik-baik saja.
Saat rasa mulai diganggu oleh rindu.

Yang kutemukan hanya bayangmu yang semu
Samar kudekati bayangmu dalam gelap
Nanar kurasa meski hanya sepintas ku lihat kamu

Saat ini kurasakan kaki seakan tak mampu beranjak dari diam.
Merasakan sebuah resah..
Tentang takut kehilangan.
Tentang tak bisa berbagi kasih sayang.
Dan tentang jarak, yang membatasi semua hal.
Aku pun kerap bertahan.

Untuk kamu yang terlalu akrab dengan jarak..

Kapan kau hadirkan temu untuk sebuah peluk.?
Atau untuk sebuah ciuman dikening kita.?

Mungkin memang jarak adalah sebuah tembok tebal yang membatasi segala pertemuan kita.
Jarak juga yang selalu menguji keyakinan, dan kepercayaan kita.

Untukku, jarak bukanlah alasan kita berpisah saat masih ingin bertahan.
Jarak hanya ingin memperbaiki apa yang disebut rindu.
Sampai kelak nanti kita akan bertemu dan menghilangkan rasa ragu.

Semoga diluar sana kamu merasakan apa yang sedang aku rasakan..
Semoga saja..
Semoga..

Saturday, 27 June 2015

Sesuatu yang Sebelumnya Pernah Aku Miliki

Aku, laksana  selembar daun yang dengan sengaja menjatuhkan diri.
Yang berharap kau mengerti itu bahasa rinduku.
Seperti itulah caraku untuk menyentuhmu.

Atas nama waktu dan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan rindu.
Ingin sekali kusapa dirimu.
Walau hanya dengan isyarat atau sajak rindu.

Kenangan..
Seperti sebuah cermin, yang didalamnya terdapat kamu.
Setiap kali ku berkaca, disitu terlihat ada kamu, selalu.

Kamu pintar menyembunyikan bulan dimatamu.
Hingga membuat kelopak matamu terbuka.
Malam begitu benderang di matamu.
Dan aku senantiasa setia menatap matamu.

Saat ini sedianya akan kukisahkan padamu, tentang sepi yang agaknya mulai menggugurkan rindu.
Seperti daun-daun yang mulai menguning, yang perlahan berjatuhan satu perstu.
Hingga akhirnya pohon hanya berbatang, tanpa tertutupi rindangnya daun-daun
Terlihat gersang, tak terurus, mungkin tak bernyawa.

Aku merindukanmu seperti denyut jam.
Yang terlalu lambat menghampiri senja.

Pada dasarnya kamu tau bahwa aku selalu ingin berbincang, melepas sedikit penat dengan melihat senyum dan candamu.
Membuang -buang waktu bersamamu, atau sekiranya kita menghabiskan masa muda berdua.
Aku tidak mengerti, bagaimana cara Tuhan membuatku merasa kehilangan sesuatu yang sebelumnya pernah aku miliki.

Aku tengah sibuk mengemasi masa lalu.
Ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kenanganku.

Ternyata rindu itu bilangan ganjil yang tak pernah habis dibagi dengan bilangan apapun.
Kecuali oleh bilangan pertemuan.

Jika cinta selalu membuat orang terlupa cara membasuh luka.
Mungkinkah senja juga lupa cara menenggelamkan dirinya.?

Friday, 19 June 2015

Pada Sebuah Kanvas, Tarian Kembang Api dan Malam pergantian Tahun

Pada sebuah kanvas hitam milik semesta, terhiasi tarian-tarian kembang api yang akrab menemani malamku. meletup-letup dan mewarnai langit malam ini.
Aku hanya terduduk dan mengintip dari balik jendela kamar, sambil sesekali termenung dan menyandarkan kepala ke jendela kaca.

Ada acara apa ini.?
Atau adakah seseorang yang sedang menyajikan sebuah pesta rakyat.?
Karena sudah pasti ini bukan malam pergantian tahun, bahkan ini masih awal dibulan Desember.
Aku tidak perduli tentang seberapa meriah dan siapa yang menyajikannya.
Aku hanya perduli pada hebatnya semesta yang tau bagaimana caranya membuatku merindukanmu.
Meriahnya langit serta ritual malam pergantian tahun yang meriah misalnya.

Untuk objek rinduku,

Seingatku, tepat tengah malam disebuah malam pergantian tahun kita mengakhiri dan mengawali tahun dengan memenjarkan sebuah doa.
Tidak pernah ada yang tau tentang doa dari masing-masing kita, kecuali Tuhan.
Sebuah rahasia yang amat rahasia, sederhana, dan kita hanya saling mengamini dari masing-masing kita tanpa perlu saling bertanya.

Kemudian kamu duduk merapatkan tubuhmu sambil menyanyikan beberapa lagu kesukaanmu, kesukaanku, kesukaan kita. kamu nyanyikan dengan lembut hingga manis didengar telinga.
Saat ratusan bahkan jutaan orang sibuk membalas pesan ucapan pergantian tahun baru atau sekiranya menjadi yang tersibuk memeriahkan acara kembang api.
Tapi aku suka dengan cara kita menikmati malam ini. Doa, lagu-lagu cinta, petikan gitar, kopi hitam milikku, dan green tea milikmu, lilin sebagai dinding penghias, karpet merah sebagai alasnya, cukup kamu dan aku, itu sudah lebih dari sekedar kebahagian.
Bukankah harusnya cukup sesederhana itu.?

Untukmu,
Selalu ada ucapan syukur setiap adamu yang senantiasa menitipkan kebahagiaan dan nyawa baru untuk hati ini.

Untukku,
Ada sesuatu yang belum pernah kuungkapkan sebelumnya. bahwa aku benar menyadari bahwa rasa itu selalu ada, rasa yang perlahan masuk, yang pelan-pelan mengusik hatiku, yang pelan-pelan menenggelamkanku, dan pelan-pelan kusimpan sampai akhirnya menumpuk. Dan benar aku mencintaimu, dan benar namamu yang kuucap dalam setiap doa yang kupanjatkan kepada Tuhan.
Salahkan jika hari ini aku merindukanmu lebih dari kemarin.?
Aku hanya tidak ingin terburu-buru dan aku hanya tidak ingin mengatur segalanya sesuai dengan kehendakku.
Karena menurutku Tuhanlah yang lebih tau..

Untuk kita,
Aku percaya dengan rencana Tuhan yang luar biasa dan yang tak akan pernah bisa diprediksi oleh akal fikiran. Semoga kita memanjatkan doa terbaik untuk kita. Aku percaya Tuhan mendengar dan menjabbah doa yang saling kita panjatkan untuk kita.
Aku percaya jika Tuhan mentakdirkan kita bersama, pasti kamu dan aku tidak akan kemana-mana.
Aku pun percaya bahwa hanya Tuhan yang ahli menyatukan dua hati..
Aku tidak ingin takut atau pun resah, karena aku percaya semua akan baik baik saja.
Aku percaya jika belum dibiarkan Tuhan kita bersama, berarti kita belum siap.
Dan aku akan terus berdoa, agar tiba saat dimana aku dan kamu siap untuk memiliki dan mencintai.

Dibalik malam yang semakin ramai, semoga Tuhan mendengarkan doaku agar kita memiliki doa yang serupa.
Semoga disana, kamu kerap menyelipkan namaku disetiap doamu.
Dan semoga kamu yang disana sedang terusik oleh rindu.

Untuk objek rinduku, aku selalu mendoakanmu.

Thursday, 18 June 2015

Apa Kamu Tau.?

Apakah kamu pernah merasakan patah hati.?

Saat seseorang meretakkan hatimu dan disaat luka senantiasa memeluk erat sudut-sudut hatimu. Kemudian rasa kecewa mendobrak dan mengobrak-abrik seluruh penjuru asa yang kamu punya, bagaimana rasanya.?

Berapa kali kamu menangis dan harus meronta-ronta hingga sering kali mengusik telinganya.?
Berapa kali kamu mengadu, tanpa tahu dia pun sedang disakiti olehmu.
Disaat kamu sedang melakukan dosa, mungkin Tuhan juga merasakan sepatah hati itu.
Berapa kali kita melakukan lakon utama atas tercipta air matanya.?
Kamu senantiasa meminta supaya Tuhan tak melepas tangannya dan mungkin kamu yang terus berlari dan membuatnya patah hati.
Tapi dia senantiasa berada disini, menunggumu dan berharap kamu akan kembali.

Apakah kamu pernah berteman dengan jarak.?

Jika pernah, kamu pasti kenal dengan rindu.
Disaat berkali-kali kamu meminta sebuah temu untuk sekedar melepaskan sesak yang berdesakan.
Bagaimana jika tidak dikabulkan.?
Saat kamu setia menunggu sebuah sapa dari dia yang kamu cinta, namun hingga penghujung hari dia tiada, apa rasanya.?
Saat kamu mengirimkan pesan rindu, tapi balasan tak kunjung hadir. ketar-ketirkah hatimu.?

Kamu pasti mengerti pentingnya sebuah 'temu', sebagai obat terjitu menghilangkan rasa rindu.
Tuhan terlalu cinta, dan kita masih terlalu senang untuk mengabaikannya.
Saat kita berteman dengan dosa, Tuhan pun setia berteman dengan jarak.
Selalu ada jeda untuk membatasi, selalu.
Itulah cara Tuhan merindu tanpa kamu tahu.
Tuhan tidak akan pernah membeci kita, tapi dosalah yang membuat Tuhan murka.
Mungkin sudah cukup bagi kita memainkan perasaannya.
Jika benar katamu kamu cinta.

Rindu bukan hanya membahas prihal temu, tapi juga ketika dia tidak sedang berada disisimu.
Mungkin saat ini Tuhan sedang merindumu. 
Mungkin sudah terlalu lama Tuhan menunggu kata-kata atau rangkaian ceritamu dalam sebuah doa.
Doa dalam sebuah percakapan, latihan keakraban, pemusnah rindu secara perlahan.
Bukan hanya dalam sebuah tidur, tapi kapan pun, dia selalu menunggu untuk ditemui.
Bukan kata-kata manis yang dinilai, tapi isi hati.
Saat kamu terlalu lelah untuk perasaan kesepian, lupakanlah saat kamu mengabaikannya.

Apakah Tuhan juga memiliki perasaan.?

Saat kamu berkata tidak ada yang peduli dan mengerti, dia selalu bersedia meluangkan telinganya untuk mendengarkan ceritamu.
Tapi faktanya, tak sedetik pun kamu meluangkan waktu untuk menghampirinya.
Karena Tuhan terlalu cinta dan sebaiknya kita berhenti mematahkan hatinya.

Jangan hanya bertemu untuk bertamu dan sekedar menyuguhkan harapan agar dia  menyetujuinya.
Tapi tanyalah apa yang dia inginkan lakukan dalam hidupmu.
Bersyukur adalah jalan terbaik mengucapkap terima kasih terhadap Tuhan,
Dia adalah satu-satunya yang paling bisa mencintaimu seutuhnya.
Dan  Lagi-lagi hanya lewat doa, temu, cerita seperti dua sejoli yang benar-benar dimabuk cinta.

Inilah sesuatu hal terlalu rahasia, hingga tidak kamu ketahui.