Friday, 19 June 2015

Pada Sebuah Kanvas, Tarian Kembang Api dan Malam pergantian Tahun

Pada sebuah kanvas hitam milik semesta, terhiasi tarian-tarian kembang api yang akrab menemani malamku. meletup-letup dan mewarnai langit malam ini.
Aku hanya terduduk dan mengintip dari balik jendela kamar, sambil sesekali termenung dan menyandarkan kepala ke jendela kaca.

Ada acara apa ini.?
Atau adakah seseorang yang sedang menyajikan sebuah pesta rakyat.?
Karena sudah pasti ini bukan malam pergantian tahun, bahkan ini masih awal dibulan Desember.
Aku tidak perduli tentang seberapa meriah dan siapa yang menyajikannya.
Aku hanya perduli pada hebatnya semesta yang tau bagaimana caranya membuatku merindukanmu.
Meriahnya langit serta ritual malam pergantian tahun yang meriah misalnya.

Untuk objek rinduku,

Seingatku, tepat tengah malam disebuah malam pergantian tahun kita mengakhiri dan mengawali tahun dengan memenjarkan sebuah doa.
Tidak pernah ada yang tau tentang doa dari masing-masing kita, kecuali Tuhan.
Sebuah rahasia yang amat rahasia, sederhana, dan kita hanya saling mengamini dari masing-masing kita tanpa perlu saling bertanya.

Kemudian kamu duduk merapatkan tubuhmu sambil menyanyikan beberapa lagu kesukaanmu, kesukaanku, kesukaan kita. kamu nyanyikan dengan lembut hingga manis didengar telinga.
Saat ratusan bahkan jutaan orang sibuk membalas pesan ucapan pergantian tahun baru atau sekiranya menjadi yang tersibuk memeriahkan acara kembang api.
Tapi aku suka dengan cara kita menikmati malam ini. Doa, lagu-lagu cinta, petikan gitar, kopi hitam milikku, dan green tea milikmu, lilin sebagai dinding penghias, karpet merah sebagai alasnya, cukup kamu dan aku, itu sudah lebih dari sekedar kebahagian.
Bukankah harusnya cukup sesederhana itu.?

Untukmu,
Selalu ada ucapan syukur setiap adamu yang senantiasa menitipkan kebahagiaan dan nyawa baru untuk hati ini.

Untukku,
Ada sesuatu yang belum pernah kuungkapkan sebelumnya. bahwa aku benar menyadari bahwa rasa itu selalu ada, rasa yang perlahan masuk, yang pelan-pelan mengusik hatiku, yang pelan-pelan menenggelamkanku, dan pelan-pelan kusimpan sampai akhirnya menumpuk. Dan benar aku mencintaimu, dan benar namamu yang kuucap dalam setiap doa yang kupanjatkan kepada Tuhan.
Salahkan jika hari ini aku merindukanmu lebih dari kemarin.?
Aku hanya tidak ingin terburu-buru dan aku hanya tidak ingin mengatur segalanya sesuai dengan kehendakku.
Karena menurutku Tuhanlah yang lebih tau..

Untuk kita,
Aku percaya dengan rencana Tuhan yang luar biasa dan yang tak akan pernah bisa diprediksi oleh akal fikiran. Semoga kita memanjatkan doa terbaik untuk kita. Aku percaya Tuhan mendengar dan menjabbah doa yang saling kita panjatkan untuk kita.
Aku percaya jika Tuhan mentakdirkan kita bersama, pasti kamu dan aku tidak akan kemana-mana.
Aku pun percaya bahwa hanya Tuhan yang ahli menyatukan dua hati..
Aku tidak ingin takut atau pun resah, karena aku percaya semua akan baik baik saja.
Aku percaya jika belum dibiarkan Tuhan kita bersama, berarti kita belum siap.
Dan aku akan terus berdoa, agar tiba saat dimana aku dan kamu siap untuk memiliki dan mencintai.

Dibalik malam yang semakin ramai, semoga Tuhan mendengarkan doaku agar kita memiliki doa yang serupa.
Semoga disana, kamu kerap menyelipkan namaku disetiap doamu.
Dan semoga kamu yang disana sedang terusik oleh rindu.

Untuk objek rinduku, aku selalu mendoakanmu.

No comments: