Aku tahu,
Kamu tahu, Kita tahu.
Bahwa rasa
yang tumbuh dan bernaung di dalam hati
sekian lama ini menunggu detik agar dapat terwujud menjadi peluk.
Dimulai dari
kata, lalu kalimat dan diakhiri suara.
Bisikkan suara
itu didekat kuping kananku, lalu biarkan semua menerobos hingga ke hati.
Enyahlah…
Bila ruang
harus menyekat rasa ini.
Aku akan
senantiasa menyeru pada detik.
Agar nanti,
aku akan temukan kita di ujung hari.
Enyahlah…
Meski bulan
tak menampakkan sinarnya.
Ruang masih setia menyekat kita.
Dan lagi-lagi
aku senantiasa menyeru pada detik.
Agar aku dapat menemukan serambi di taman surga.
Enyahlah…
Jika langit
menggulung mendungnya dan menghujamkan ribuan bintik.
Dan laut
menyapu serta menggulung kan amarahnya hingga menyapu karang yang tegar.
Serta tanah, yang terkuak menenggelamkan harapan yang besar, hingga akhirnya Tuhan menyeru
membisik kepada para Malaikatnya.
Bertebaranlah,
lalu sayatlah ribuan jiwa-jiwa yang terdampar.
Sampai titik
terapapun mataku akan tetap mencari wujudmu.
Sampai titik
terapapun telingaku meraba udara untuk sekedar mencari suaramu.
Sampai titik
terapapun berjalan mengukir langkah, berjejak, mengejar bayang pasifmu apapun
yang kau lakukan.
Seperti apapun
kau menolak, cinta akan tetap ada.
Tetap berada
disana.
Setia disana.
Akan menunggumu
untuk menarik dan mengakui keberadaannya.
Kamu dan aku
paham akan hal itu.
Kita bergitu
berbeda.
Tak pernah
sama.
Kecuali...
CINTA.