Wednesday, 31 July 2013

Kataku,...

Terjadi perbincangan apik.
Antara aku dan mimpi ku.
Berceritakan tetang satu individu.
Yang merangsek hadir mengisi aku.


Tabir telah terkuak tentang mu.

Hadir mu bagai denting dawai.
Seketika melejit dan temani malam ku.


Dewi rembulan menyapa ku.

Memberi isyarat iya bercemburu pada mu.
Namun dewi itu tetaplah semu.
Hanya tampak lewat mimpi.


Tiap malam ku semakin diwarnai olah sejuta bintang.

Tampak jelas bintang itu setia berada disekitar mu.
Hingga menghiasi titik pasi mu.


Manik-manik nirwana seperti akrab dengan mu.

Yang kian menembus awan.
Lalu mengorbitkan pesona mu.


Besik kecil ku.

Berjalanlah kau sesuka hati mu.
Hinggaplah dimana pun kau suka.
Lalu, bawalah aku ke alam mu.


Biarkan aku menatapi pesona mu.

Ijinkan aku mengagungkan mu.
Meski hanya sekedar pengagum.


Lalu...

Kita lewati batas mimpi tanpa batas.

Wednesday, 24 July 2013

Diary For Love Edisi 12

Setapak demi tapak kaki membekas pada wadah cinta.
Dimana tercampur suka, duka, lara, luka.
Dan senyum mu sebagai penyedapnya.

Bekas pada wajah itu permanen.
Tak dapat ku hapus dengan cerita ku.

Ruang Dan Tungkuk Tak bertuah

...,
Denting alunan suara instrumtal klasik mulai memenuhi ruangan.
Suaranya terdengan indah.
Meromantiskan nuansa diantara kita.

...,
Suara terompet dan keyboard seakan menari-nari dalam otak ku.
Membawa ku kedalam keindahan.
Ku sandarkan sejenak kepala ku di bahu mu.

...,
Ku rekatkan kedua tangan ku tepat dihati mu.
Ku bawa kau tuk merasakan indahnya romansa ruang diantara kita.

Lihatlah kasih...
Ini dunia kita.
Dunia dimana kau dan aku semakin membumbungkan rasa.
Dinding langit menjadi saksi dimana kita bersatu.

...,
Kedamaian yang terjadi disini adalah sebuah tungkuk.
Dan kita sebagai isinya.
Meramaikan tungkuk yang konon tak bertuah.

...,
Banjiri semua ruang dengan perjalanan.
Perjalan yang mengenang dan terus berkenang.

Putihkan yang hitam.
Warnai tiap-tiap sudut dengan "KITA".

Kau = Indah

Percayakan tuhan itu selalu mempunyai cara untuk memberi sesaji penghibur.
Sepintas kelabu.
Tapi semakin kelabu kau semakin meng abu.

Kemudian ku tertampar dari diam.
Sesosok adam mendekat.
Melempar senyum ringan.

Menatap matanya adalah sebuah keindah.
Sendari berdesir semilir rasanya.
Dan kau luput dari tatapan ku seketika.

Bayang mu memimpi ku.
Meningkatkan daya rasa ku semakin tinggi.

Kembali kita bertemu.
Percayakah kau semakin indah tiap waktu.
Ku percaya memang hiasan takdir yang mempertemukan mu pada ku.

Tuesday, 23 July 2013

Bahtera illahi

Selamat datang kasih.
Selamat bersemayam kan asa mu pada ku.
Kini, harapan menjadi nyata.
Janji pun telah tersemat diantara kita.

Diatas lafal ijab kabul.
Ku bawa dunia mu kedalam sebuah petualangan baru.
Bersama mu, selamanya.

Kini, ku bawakan segelas madu sebagai hidangan.
Diatas restu yang tersulam apik.
Menuju anjungan bahtera di taman surga.
Kan ku jadikan kau permata di dalam pentas hidup ku.

Pinta ku...
Temani aku menyelam dalam iktan ini.
Dengan jiwa raga ku dibawa ke alamnya kian suci.

Pada mu, kan ku berikan sekalung illahi.
Dengan seperankat alat sholat sebagai pedomannya.
Atas nama illahi beserta para pengikutnya.
Ku bawa kau tuk menuju rumahnya.
Dimana tinggal sosok hawa soleh soleha pada adamnya.

Kan ku bimbing sama langkah mu sejajar.
Disaat kau jatuh dan tertelan empedu.
Aku lah sang penawar bagi mu.
Memegang erat tangan mu dan ku bantu berdiri.

Bila ku tertusuk duri.
Jadikan lah kamu sebagai penawar ku.
Cabut duri itu.
Lalu baluri aku dengan penawar bernama 'pengertian'.

Kasih, kekal lah kamu bersama ku.
Langit telah menulis kisa kita.
Dedaunan, kupu-kupu dan angin telah menjadi saksi.
Saksi dimana takdir menuntut tanggung jawab kita sebagai sepasang kekasih.

Sujud Ku Dan Dengkul mu

....,
Pagi ini, ketika mata telah kembali dari lelahnya.
Aku kembali dalam nuansa baru.
Dengan harapan baru dan rasa yang baru.

Pagi ini, ketika tatap mata memandang.
Terlihat sepintas bayang kaum hawa.
Bayang yang amat indah 

yang dicipta tuhannya terkasih.

Ku sandarkan sejenak nafas ku untuk merasanya.
Menikmati hitam diatas putih.
Kau bernuansa, walau fana.

...,
Dinding langit berwarna.
Tersenyum riang menemani fana.

Pelangi menggarisi langit.
Membatasi antara sujut ku dengan dengkul mu.

...,
Seketika mentari menangis.
Membanjiri tiap sudut rasa ku.
Menggenangin harapan dan seketika menenggelamkannya.

Sendu sedan tercipta disini.
Tepat dihati ini.
Diantara rasa yang membumbung dan kewajiban atas sembah padanya.

...,
Bagiku, sujud ku adalah meratanya raga ku.
Dimana aku memohon dan meminta pada tuhan.
Sujud ku adalah dimana aku mendekatkan diri pada tuhan.

Bagimu, dengkul mu adalah wahana kerendahan hati.
Dimana kamu memohon pada tuhan dan berserah padanya.

Tapi mengapa keduanya tidak dapat bersatu??
Kita memiliki tujuan hidup yang nyata.
Tapi, keyakinan membatasi kita untuk bersama.

...,
Kehendak ku hanya menjadi asa.
Niatan ku bersama mu semakin fana.
Memeluk mu hanya akan semakin abu-abu.

Seketika aku merasa sendiri.
Dimana aku berada dekat pada ketidak yakinan.
Menimbulkan hal yang berujung pada aku yang merasa tersendiri.
Tanpa kamu, tanpa tuhan dan tanpa siapa-siapa.

...,
Ditengah rasa gundah gulana.
Ku serahkah takdir pada tuhan yang maha bijaksana.

...,
Mata ku pun kembali terpejam dalam sujud didalam rumah tuhan mu.

Monday, 22 July 2013

Doktrin Atheis

Setiap kehidupan berawal dari permulaan.
Tercipta dengan benih terlanjang.

Tak pernah mengerti serabut atau tunggang.
Hal yang menancap pasti di perut bumi.

Nasib usang dari sebuah permulaan.
Yang berujung pada makna sebab-akibat.

Apalah arti awal??
Apalah arti cara??
Dan apa arti akhir??

Dan, apabila berujung sama.
Membusuklah di liang kubur!!

Diary For Love Edisi 11

Denting piano melantunkan nada indah.
Mendamaikan hati yang rancu.

Tiap-tiap nada, mewakili setiap sedih ku.
Isak tangis pun deras tak beraturan.

Masih ku ingat indah senyum mu.
Kau pun masih indah dalam memori ku.

Terbawa ku dalam nestapa.
Dengan khayal ku pada mu.

Sunday, 21 July 2013

Aspirasi

Renungkan hari kemarin.
Tentang apa yang telah kamu upayakan.

Kegagalan hanyalah sebuah hal.
Bukan persoalan.

Ratapi letupan ilusi.
Masih berhayalkan dalam intuisi??

Rendam aku.
Hina aku semau mu agar tenang menyatu.

Terdekaplah dalam lamunan yang takkan berlalu.

Diary For Love Edisi 10

Waktu ku tak lagi panjang.
Walau tuk sekedar percaya dan meyakinkan hati.

Akankah sinar cerah pagi kan terus menghangatkan ku??
Akankah cahaya indah malam kan setia menyinari ku??

Atau...
Aku hanya akan tetap menjadi aku yang setia tertidur dalam mimpi.

Story Of Love

Ada cerita yang tersimpan apik.
Yang tak mampu terungkap.
Tentang aku yang mengagumi mu.

Tak terungkap bukan berarti ku ingin merasakan sendiri.
Hanya saja aku tak mengerti untuk mengungkapkan nya.
Prihal rasa, terlalu sulit untuk ku ucap.

Cerita ini mungkin terlalu sulit untuk dibagi.
Hanya karna ku tak siap untuk berbagi.
Biarlah ku genggam rapat di hati.

Kisah ini ku tulis dalam dekapan indah peluk mu.
Walau kau ku rasa hanya dalam imajinasi ku.

Kau nyata dalam tatap pandang ku.
Kau nyata dalam raba ku.
Kau nyata dalam pesona mu.
Kau tampak nyata dalam rasa ku.

Kisah ini ku tulis dalam nyata.
Dengan segala rasa yang ku punya.
Ku laksana angin yang siap berada disisi mu setiap waktu.

Jika kau merasa, lihatlah aku dengan segenap suka cita mu.
Pandang dalam-dalam mata ku dan rasakan.
Ku luluri kau dengan tiap kasih yang ku punya.

Senyum mu, selalu jadi pemandangan indah.
Tutur kata mu kan ku jadikan panutan.
Aku benar terpesona oleh mu.
Andai kau tau!!

Dalam kisah ini ku nyatakan dengan sejujurnya.
Tanpa kata dalam dusta.
Tanpa kata yang tidak dibuat.
Benar aku telah jatuh dalam kasih dan sayang pada mu.

"This is my story of love"

-I hope you realize-

Tuesday, 16 July 2013

Fatamorgana

Semilir angin berputar diantara kelabu lusuh.
Dibalik jendela, masih di tatapnya gerimis mata dari anak itu.
Gerimis yang tertumpu apik di dalam lebam matanya.

Tunggu nak...
Tunggu, ucapnya.

Selendang bidadari pun memudar.
Tepat diujung langit yang tampak berkabut...
Laut pun membisu...
Dan gemercak ombak masih bersamar-samar di gulungan sunyi.

Tunggu nak...
Tunggu, katanya kembali.

Masih dia menunggu.
Duduk di pinggiran biduk-biduk.
Yang terbengkalai sepeninggalan empunya.

Dipandanginya anak tersebut.
Entah sampai kapan...
Dia pun melempar pandang ke batas langit.

Sabarlah nak...
Sabar, katanya lagi.
Tunggulah disini.

Gemerlap hujan bintang membiarkan ia mengendah.
Dibalik kelabu, di bagian sisi jagat raya terkesampingkan.
Mengharap sedikit pancaran bulan menyapa.

Pada kesunyain itu, dua kelopak matanya merekah.
Menandakan sebuah harapan tinggi akan takdirnya.

Bersabarlah nak...
Bersabar, katanya kembali.
Menunggulah ia...

Selembar sajak tentang angsa.
Tentang kabut.
Tentang pohon.
Tentang malam dan tentang ia yang menidurkannya.

Membunuh keresahan.
Membuka lipatan waktu yang terbuang.
Larut dalam tarian mimpi.

Malam pun kian meninggi.
Wajah rembulan mulai berkilau.
Pancarannya jatuh, menembus kelabu malam itu.

Semua menjadi bayangan.
Namun dia tetap terlelap pada tidurnya.
Berbantalkan butiran embun.
Dan sedikit bayang-bayang kelabu.
Kerinduan masih tergeletak diantara sajaknya.

Menunggulah ia...
Pada bayangan.
Dalam fatamorgana...

Tentang riuh...
Tentang canda seorang ibu.

Jauh di negeri awan.
Yang dia sendiri pun tak mengerti arahnya.

Diary For Love Edisi 9

Hampa terasa menyelimuti.
Setelah kepergian mu.
Tanpa tau pasti keberadaannya.

Titip salam ku lewat sang pagi.
Namun ku tak ingin melihat mentari.
Meski pun cerah dan indah.
Untuk jiwa-jiwa yang sepi.