....,
Pagi ini, ketika mata telah kembali dari lelahnya.
Aku kembali dalam nuansa baru.
Dengan harapan baru dan rasa yang baru.
Pagi ini, ketika tatap mata memandang.
Terlihat sepintas bayang kaum hawa.
Bayang yang amat indah
yang dicipta tuhannya terkasih.
Ku sandarkan sejenak nafas ku untuk merasanya.
Menikmati hitam diatas putih.
Kau bernuansa, walau fana.
...,
Dinding langit berwarna.
Tersenyum riang menemani fana.
Pelangi menggarisi langit.
Membatasi antara sujut ku dengan dengkul mu.
...,
Seketika mentari menangis.
Membanjiri tiap sudut rasa ku.
Menggenangin harapan dan seketika menenggelamkannya.
Sendu sedan tercipta disini.
Tepat dihati ini.
Diantara rasa yang membumbung dan kewajiban atas sembah padanya.
...,
Bagiku, sujud ku adalah meratanya raga ku.
Dimana aku memohon dan meminta pada tuhan.
Sujud ku adalah dimana aku mendekatkan diri pada tuhan.
Bagimu, dengkul mu adalah wahana kerendahan hati.
Dimana kamu memohon pada tuhan dan berserah padanya.
Tapi mengapa keduanya tidak dapat bersatu??
Kita memiliki tujuan hidup yang nyata.
Tapi, keyakinan membatasi kita untuk bersama.
...,
Kehendak ku hanya menjadi asa.
Niatan ku bersama mu semakin fana.
Memeluk mu hanya akan semakin abu-abu.
Seketika aku merasa sendiri.
Dimana aku berada dekat pada ketidak yakinan.
Menimbulkan hal yang berujung pada aku yang merasa tersendiri.
Tanpa kamu, tanpa tuhan dan tanpa siapa-siapa.
...,
Ditengah rasa gundah gulana.
Ku serahkah takdir pada tuhan yang maha bijaksana.
...,
Mata ku pun kembali terpejam dalam sujud didalam rumah tuhan mu.
No comments:
Post a Comment