Monday, 4 December 2017

Aroma

Seperti nestapa yang melekat erat padamu..
Bersama waktu yang tak selalu lekang oleh waktu..
Dan aku tak ingin lagi menghirup aroma dari raut wajahmu..
Yang selalu datang dalam mimpiku..

....,
Pada bahagiamu, aku meminjam sendi..
Pada wajahmu, aku meminjam cahaya..
Pada malam, yang menggemakan deringan mantra-mantra titipan masalalu..
Kaki-kaki rindu menjadi kita dan gelap akan selalu menjadi cahaya..

Adalah malam-malam gelap yang senantiasa memaksaku bercengkrama pada kesepian..
Menulis kata-kata tanpa makna, hanya untuk bercengkrama pada kesepian..

....,
Kini, aku menyerahkan diri kepada sastra..
Kehidupan memaksaku untuk menggali lebih dalam..
Selalu tersimpan misteri dibalik makna yang terus disembunyikan..

Maka, aku bersama hembusan angin datang kepadamu..
Didalam fikirku aku bercengkrama atas nama sepi..

Demi segala rindu yang selalu ku enyah dipelukan pilu..
Yang tahan segala uji dan menolak segala puji..

....,
Dan aku tak ingin lagi menghirup aroma dari raut wajahmu..

Wednesday, 8 November 2017

Lamunan

Air mata pun seolah merasakan sayang..
Terlalu beku untuk dikeluarkan..

Bagaimana denganmu.?

Duri tajam menembus relungmu..
Menghempaskan duka yang kian sembilu..
Sungguh, membayangkannya pun membuatku pilu..

Kini tangan tak lagi kuasa..
Untuk mendekap angan..
Atau sekedar memeluk segenggam mimpi..

Mungkin aku hanya tak mampu..
Bukan tak mau..

Saturday, 28 October 2017

Dan Dikemudian Hari...

Dan dikemudian hari...

Suara demi suara disimpan olah si empunya.
Yang terdiam ataupun yang tertinggalpun akan direnggut sang penguasa malam.
Kini, kesunyian adalah pengganti.
Seusai hiruk pikuk yang kian mendekap dengan alam.

Namun...
Ada tawa yang tertinggalkan.
Tak terbawa dan terengkuh.
Kesunyian yang kusimpan.
Kerinduan kian bergemuruh.

Dan...
Aku pun pejamkan mata.
Sekedar untuk rehatkan raga.
Berharap mimpiku menjumpaimu...

Selamat Datang Kembali, Hidup!

Selamat datang kembali, hidup!
Beberapa bulan tak pulang, aku merasa mati.
Sesak menyergap, mengepungku dalam keputusasaan.

Selamat datang kembali, hidup!
Membawa oleh-oleh seberkas harap dan sekuntung rasa.
Masih baru dan segar.
Terimakasih.

Selamat datang kembali, hidup!
Kini aku bernafas lagi.


.V

Monday, 5 June 2017

Suatu Ketika Disebuah Perjalanan

Suatu ketika disebuah perjalanan menuju akhir cerita;
Aku berkendara dengan kecepatan yang cukup menegangkan: disaat aku  ingin melambat menikmati pemandangan sepanjang jalan.

Tak sadar, kendaraan dibelakangku melaju lebih kencang.
Seketika, aku tertabrak truk tangki yang membawa penuh kenangan, aku oleng.
Muatannya memenuhi sanubariku, membuat segala emosi terpendamku bangkit dari masa lalunya dan mencari sepasang mata yang pernah menatapku dengan cinta yang begitu penuh.

Seat beltku lepas, seakan aku tidak pernah menggunakannya untuk berkendara.
Aku membiarkan diriku hanyut dalam ingatan-ingatan yang semestinya kulupakan.
Aku membiarkan semuanya lepas, sampai aku lupa; ada tamparan-tamparan kecil dari gusar sebuah bibir yang mengingatkan aku untuk tetap berada di pijakkan.

Setengah sadar, aku berusaha bangun dengan kenangan disekujur tubuh.
Beberapa datang mengulurkan tangan, kuraih, tetapi hanya untuk ku lepas.
Dan aku jatuh kembali berlumuran kenangan.

Kulihat kendaraanku rusak parah.
Aku terdiam.
Kulihat lagi pengemudiku, ia diam tersenyum getir kearahku.
Di dadanya tertancap sebuah kaca seperti panah, basah dengan kenangan.
Pandangannya hilang, tapi aku masih bisa menangkap bayanganku samar-samar.
Tidak, dia tidak mati dengan luka seperti itu.
Tetapi ia mati dalam hatinya.

Dia pernah berjanji akan membawaku sampai ke tujuan.
Inikah tempat yang ku tuju?
Inikah tempat yang ingin dia tuju?
Inikah tempat yang akan kita tuju?


.V

Monday, 8 May 2017

Bisik

Aku tahu, Kamu tahu, Kita  tahu.
Bahwa rasa yang tumbuh  dan bernaung di dalam hati sekian lama ini menunggu detik agar dapat terwujud menjadi peluk.
Dimulai dari kata, lalu kalimat dan diakhiri suara.
Bisikkan suara itu didekat kuping kananku, lalu biarkan semua menerobos hingga ke hati.

Enyahlah…
Bila ruang harus menyekat rasa ini.
Aku akan senantiasa menyeru pada detik.
Agar nanti, aku akan temukan kita di ujung hari.

Enyahlah…
Meski bulan tak menampakkan sinarnya.
Ruang masih setia menyekat kita.
Dan lagi-lagi aku senantiasa menyeru pada detik.
Agar aku dapat menemukan serambi di taman surga.

Enyahlah…
Jika langit menggulung mendungnya dan menghujamkan ribuan bintik.
Dan laut menyapu serta menggulung kan amarahnya hingga menyapu karang yang tegar.
Serta tanah, yang terkuak menenggelamkan harapan yang besar, hingga akhirnya Tuhan menyeru membisik kepada para Malaikatnya.
Bertebaranlah, lalu sayatlah ribuan jiwa-jiwa yang terdampar.

Sampai titik terapapun mataku akan tetap mencari wujudmu.
Sampai titik terapapun telingaku meraba udara untuk sekedar mencari suaramu.
Sampai titik terapapun berjalan mengukir langkah, berjejak, mengejar bayang pasifmu apapun yang kau lakukan.
Seperti apapun kau menolak, cinta akan tetap ada.
Tetap berada disana.
Setia disana.
Akan menunggumu untuk menarik dan mengakui keberadaannya.
Kamu dan aku paham akan hal itu.

Kita bergitu berbeda.
Tak pernah sama.

Kecuali...
.
.

CINTA.

Wednesday, 3 May 2017

Serupa Belati

Wahai engkau..
Terkutuklah aku yang mencintaimu.
Karna saat ini aku bukanlah yang terpilih.
Sedang kini, aku menghinakan diri padamu.

Kini, malaikat pun tak dapat menulis pada garis takdir yang ada. 
Karna ia akan dicambuk, dicampakkan dan dikucilkan apabila mendustai si empunya.

Wahai engkau...
Seperti bintang di langit luas yang menampakkan kilaunya.
Aku setia untuk selalu melemparimu dengan batu, dengan harapan kamu akan lekas jatuh menimpaku.
Tapi batu itu kembali memukulku, bukann kamu yang ku harapkan.

Aku menangis, kau hanya terdiam, membisu, kaku, membeku.
Kau tertawa, aku terpaksa mendengarkan.
Aku merasa seperti terkena kutukan. benar-benar terkutuk.

Jika kau tak mau bercinta denganku, Setidaknya jangan kau ludahi  hingga aku ternggalam.
Lebih baik bunuh saja aku, dengan senyum mu.
Tusuk aku dengan ciuman mu yang serupa belati.

Untukku, cinta adalah engkau.
Dan untukmu, cinta adalah kepuasan.
Disisi lain aku selalu lemah padamu, pada kita.

Jika saja ada dua dunia.
Dan tidak ada kau didalamnya.
Semua tidak akan menjadi serumit ini.

Tampar

Ditampar kamu;
Berbekas.
Sakit.

Ditampar kenyataan;
Tak berbekas.
Sakit.

Lebih baik mana?


.V

Pelan-Pelan

Aku berjalan pelan, takut kau ketinggalan.
Selesaikan urusanmu segera, kemudian berlarilah mengejarku.
Selama itu, aku akan berjalan pelan, sambil sesekali menengok ke belakang.

"Apa dia sudah tampak?" tanyaku pada diriku sendiri.
Seringkali menggeleng sendiri.

Aku tetap berjalan pelan, takut kamu ketinggalan.

Aku masih berjalan pelan.
.
.
.
Berharap kau menyusulku dari belakang.


(29-11-2012, V)

Saturday, 29 April 2017

Mata dan Kita

Matamu yang kiri seakan mata kananku yang tertukar, begitu lama kita bertatapan. kosong.

Kemudian semua menjadi samar, kita lamat kehilangan pandangan.

Seberapa sampai pesanmu yang bisu dan membisukan diri namum berpura-pura bersuara dan berusaha?

Berusaha adalah cara terakhir yang ku punya.
Semata-mata untuk membuat kau seolah-olah ada.
Setidaknya aku tidak lagi bercakap dengan dinding.
Aku kini punya bayangmu.
Dalam tatap mataku.

Kini telah berkuntum-kuntum bunga mekar: wanginya itulah buah ciuman kita yang tak pernah  usai.
Di dasar kesadaran, aku ingin mendaras saripati kesabaran dalam merindukanmu.
Saat ku bilang akan menemanimu berlari, barangkali akulah yang sesungguhnya memintamu menemanimu berlari, barangkali kepedihan ini, dengan cara yang paling rahasia, yang air matapun tak akan pernah bisa merasakan kesakitannya.

Rahasia seharusnya tetap menjadi rahasia dan mengekalah rasa.
Biar ku tulis di kanvas milikmu, namaku atau inisial kita.
Supaya waktu tak pernah merebut hak kepemilikannya.
Waktu jahat!

Ia suka membiarkan banyak senyum berlalu terlalu cepat.
Dan membiarkan sakit jadi terlalu lambat.

Kertas putih ini ingin ku lukis dengan namamu.
Setiap kali kau ada di sisiku, hanya satu yang ingin kurasakan, yaitu tak ingin kau pergi (lagi).
Saat kau terbaring lemah aku kuat menyandar.
Tapi tak akan ada yang bisa mengerti kalau kamu terlalu jauh dariku.
I have to know that you know me, not just a hope.
Matamu membuat aku selalu tertunduk karena selalu mengatakan aku sayang kamu.

Luluhlantahkanlah semesta.
Jatuh cinta bisa membuat pujangga kehilangan kalimatnya.

Rupanya, cinta sedalam itu.


.V

Pada Jarak Yang Teramat Dekat

Di sekedip cemasku, terselip kerinduan yang mendalam.
Pada gelisah, aku merasa cemas.
Pada cemburu, aku merasa rindu.

Aku merasa cemas pada ketiadaanmu kini.
Aku merasa rindu akan kehadiranmu.
Gelisahku membuatku merasa cemburu akan keberadaanmu disana.

Cemburu tak menentu.
Untuk kamu insang tersayang.
Kita pernah berada pada jarak yang teramat dekat.
Untuk jarak tersebut, akan ku sisakan bingkai kenanganku.

Cemasku membias curiga.
Cemburuku kian membara.
Sedang rinduku mengharap, masih mengharap.

Untuk kamu insang tercinta.
Bila kau rasa apa yang kini ku rasa.
Ketika ketiadaanmu disini membuatku merasa sendiri.
Adakah kau kan segera kembali pada suatu masa untuk kita kembali bersua.?
Untuk segera menorehkan kembali coretan perjalanan yang panjang.

Sunday, 12 March 2017

Demikian Aku

Dalam setiap kebahagiaanmu, aku turut berbahagia.

Kau selalu terucap dalam doa, menjadi mimpi dalam tidur dan inspirasi untukku.

Aku tidak akan menjauh atau mendekat, aku akan berjarak tapi tak pernah meninggalkan.
Aku akan selalu ada.

Seperti kau bilang, kau selalu peduli.
Demikian aku.

Seperti kau bilang, hatimu tak bisa berbohong.
Demikian perasaanku.
Aku tidak akan mencari lagi.
Dan mungkin juga aku akan berhenti menunggu.

Aku tidak akan meminta apapun, kecuali kebahagiaanmu sendiri.

Seperti itulah caraku mencintaimu, dengan diam.

Aku tidak menyerah untuk apapun, karena aku tahu tidak ada yang bisa diperjuangkan untuk diraih.

Aku mencintaimu, akan selalu seperti itu.

Suatu waktu ingin berbagi bersamamu, ingin dijaga olehmu, dipeluk hangat tubuhku.
Aromamu yang masih begitu lekat di indraku.

Tapi aku tahu, aku terlalu mencintaimu untuk bisa memaksamu.

Seperti yang kau bilang, sayang tidak bisa memaksa.
Demikian aku.

+NZ

Jadilah matahariku, yang hanya kepadamulah aku akan muncuri cahaya untuk menerangi setiap hitamku.

Jadilah matahariku, yang hanya kepadamulah aku berputar. Berotasi dan berpusat padamu, selalu.
Seperti bumi mengelilingi tata surya dengan matahari sebagai porosnya, Sesetia ituah aku akan  menjadikanmu poros dalam hidup.

Jadilah matahariku, yang hanya kepadamulah aku meminta hangat saat dingin menyapa dan angin berhembus terlalu kencang.

Jadilah matahariku, yang hanya kepadamulah aku tersenyum.
Karena aku tahu saat hujan badai dan langit gelap, kau selalu ada dibaliknya dan siap merengkuh resahku.

Jadilah matahariku, yang hanya kepadamulah aku rela terbakar karena cemburu yang menggebu.
Tak rela kau termiliki semesta selain aku.

Jadilah matahariku, dan biarlah aku jadi segalamu.