Wednesday, 23 October 2013

Kelamin Rebah Etalase Pertokoan

Kamu terkapung pada malam saat usiamu mengumpulkan banyak kecemasan.
Aspal jalan raya serupa panggung lantai dansa.
Membetoti ujung bibir janggut lelaki dewasa.
Untuk menghisap nyilu pada silikon yang mengelupas.

Untuk tubuhnya atau kecuali Tuhan yang terburu-buru menyutubuhinya.
Tiap waktu menjelang pagi, kamu terus mencari.
Dimana kau mencari kelamin-kelamin rebah di etalase pertokoan.
Meninggalkan kartu kredit, dan lelaki hidung belang menjajakan tubuhnya dengan basah.
Lewat hujan yang mengerang karena dusta.



Friday, 18 October 2013

Andriani

Ku tak mengerti dari mana ku mulai cerita ini.
Ku coba tuk memulai berdasarkan syairku.
Karena, satu kekeliruan kecil akan merusak kesempurnaannya.

Ku tak mampu menggambarkan dirimu dalam fana.
Kau terlalu berharga. 

Jutaan kata telah ku rangkai.
Ribuan waktu telah ku tunggu.
Hanya untuk membuat cerita yang siap ku kenang.

Kehadiranmu yang selalu ditemani oleh senyum, selalu kunanti.
Kau persis seperti pelangi.
Yang selalu ku nanti.
Aku menanti karna aku tau kau tak selalu ada.

Tatap matamu.
Menjadi alasan aku tuk selalu siaga dalam indahnya kamu.
Aku, sudah siap tuk memulai semua cerita ini.

Namun..
Aku hanya seorang nasabah.
Yang hanya bisa mencinta dan dicinta.
Yang hanya bisa manuai rasa kasih sayang darimu.

Tulisan dalam syair ini kutunjukkan padamu.
Aku pengagummu.
Aku menyukaimu.
Aku bahkan mencintaimu.

Dari setiap rasaku ini.
Ku simpan kisah ini dalam bayang kabut sukmamu.

Sasana Rahasia

Dimulai dengan huruf.
Tiap potong baris mengkaji makna dalam kata.
Ketika aku berbicara, rongrong naluri memekkakan telinga.
Kalimat bahasa hati yang tak dimengerti.

Lalu kata..
Hingga malam ini menjadi pecinta yang mencinta dalam bara.
Mencari sasana yang untuk kutitipkan cahaya rahasia yang entah pada siapa.

Kadang terasa kasat mata, yang tertulis hanya serangkaian kata.
Dalam aksara bermakna, lebih dari sekedar indah dalam perbincangan para dewa.

Ketika lelahku meninggi.
Ku ucap doa dalam tidur.
Kusempatkan sejenak mengenang lirik sajak langit yang teduh agar tak ku lupa asa ketika kau jauh.

Saturday, 5 October 2013

Cukup Lebih Dari Sekedar...

Kamu itu cukup lebih dari sekedar, teman...
Kamu bahkan melebihi dari sebuah sahabat.
Kekasihpun bahkan tak seindah kamu.

Kamu itu cukup lebih dari sekedar, kaka...
Aku tidak menyata seperti adik.
Karna kamu tidak layak sebagai kaka.
Apalagi sepupu.

Kamu itu cukup lebih dari sekedar, pacar...
Kamu melebihi seorang istri.
Kamu selalu berbagi bersamaku.

Kamu cukup lebih dari sekedar...
Bahkan cinta dibuatnya malu. 
Selalu saja, karnamu..

Ada Cinta Yang Tidak KITA Bagi??

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling bertukar karbondioksida.
Tak jarang berbagi oksigen.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita berbagi pijakan.
Tempatku berpijak, seringkali kau gunakan untuk duduk.
Tempatmu tidur, seringkali kugunakan untuk bekerja.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita sering berbagi asap, terlebih dari sumbu yang sama.
Kadang hanya waktu yang sama.
Kamu tidak bisa menyukai pekat milikku seperti aku sanggup bertahan dengan manisnya milikmu.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling berbagi cerita.
Ah, meskipun itu sudah terlalu biasa.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling berbagi ranjang.
Kadang kita bersebelahan.
Kadang kita berlindungn dalam peluk selimut dalam telanjang.
Sesekali kita saling membelakangi.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling berbagi luka.
Tidak, itu tidak berarti kita saling melukai dan menyakiti.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kamu berbagi segalanya.
Kecuali..

CINTA.

Bahasa, Diam

Malam ini tak seindah biasanya.
Jangkrikpun tak lagi bernyanyi.
Isukan sunyi bercambuk cekam.
Lirih pedih riuhkan hati.

Sendiriku termakan kehampaan mendalam.
Tak tersimak apa-apa.
Aku diam, diam segudang bahasa.