Wednesday, 11 December 2013

Sandal Jepits


Kita itu seperti sepasang sandal jepit.
Kita mengalasi kaki yang sama.
Kita merasakan aroma yang juga sama.
Hanya saja sudut jari ibu yang membedanya; Tetapi saling bertatap.

Ketika kamu diinjak; Aku pun merasakan.
Ketika kamu merasa sakit; Aku setia menemani sakitnya.
Ketika kamu tercebur lumpur; Kan kulempar senyum pada wajahmu.
Ketika kau terpuruk; Ku setiakan ku tetap disisimu.

Banyak manusia yang sangat bergantung pada kita.
Mereka menyetiakan disaat mereka butuh.
Ketika kita berusia, mereka mencari kita yang lain.

Pernikahan pun sepeti sandal jepit.
Tak pernah lekang dimakan usia.
Ketika pernikahan mulai diambang keretakan, kita ingat kembali kita yang dulu.
Memudakan selalu masa ke masa.

Ketika rasamu mulai tertumpu pada titik jenuh.
Hadirkan mudaku dulu dalam pesonamu kini.
Selalu kau ingat dimana kita saling berpeluk dengan simpul bibir kian merekat.
Dan, selalu kau ingat ketika kamu mengkumandangkan ikatan dalam jalinan pernikahan kita.

Itu maumu...
.
.
.
Dulu...



Thursday, 28 November 2013

Pergi

Ku disini.
Merasakan sepi.
Bertemankan sunyi.
Sendiri disini.

Ingin ku coba berlari.
Dari semua ini.
Tinggalkan rasa ini.
Coba tuk hadapi.

Dan biarkan semua berlalu.
Ku jalani tanpa dirimu.

Meninggalkan semua bayangmu.
Dan hempaskan semua.
Resah jiwaku.

Ku terus berlari.
Aku pergi.
Coba tuk hadapi.
Semua ini.

Aku pergi...
-A.R.V-

Kita

Saat teringat candamu.
Hangatkan suasana.
Kita bersama.

Tak akan pernah ku lupakan semua.
Cerita kita.
Yang selalu bersama.

Saat indah bersamamu.
Melewati saat suka dan duka.
Berbagi tawa bersama.
Menyisakan harmoni cerita.

Namun kini semuanya telah tiada.
Cerita yang pernah ada.

Semua canda dan tawa.
Hapuskan semua luka.
Kita bersama.

Jangan pernah biarkan ini berlalu.
Kita selalu bersama.
Menantang dunia.
-A.R.V-

Tanpa Rasa

Tanpa terasa.
Larut dalam hati.
Terlampau jauh asa.
Merasuk dalam jiwa.

Aku disini.
Selalu menanti.
Cintamu kembali.
Mengisi relung dihati.

Walau aku tak bisa.
Merengkuhmu dalam nyataku.
Aku tak bisa.
Sungguh tak bisa.

Berharap untuk engkau kembali.
Berada disini.
Temani aku.

Ku ingin engkau hanya untukku.
Selalu bersamaku.
Hapuskan resahku.

-A.R.V-

Semu

Tak pernah aku rasakan.
Betapa inginnya aku.
Untuk memiliki dirimu.

Begitu pekat kurasa.
Hadirmu dalam diriku.
Dan menyentuh asaku.

Ingin ku coba menggapaimu.
Merajam keruhnya duniamu.

Namun ku takkan pernah.
Napat memilikimu.
Ku hanya bisa.
Menikmati setiap indah bayangmu.

Ku takkan pernah bisa...
Dapat memilikimu...

-A.R.V-

Wednesday, 20 November 2013

Masih Kamu Lagi

Masih kamu lagi...
Sajak berpijak tentang kamu, lagi.
Aroma menyerbak tentang kamu, lagi.
Nuansa irama tentang kamu, lagi.

Lagi-lagi kamu lagi..
Selalu saja mengenai kamu.
Lalu, kau menyatu diatas pelaminan.

Wednesday, 23 October 2013

Kelamin Rebah Etalase Pertokoan

Kamu terkapung pada malam saat usiamu mengumpulkan banyak kecemasan.
Aspal jalan raya serupa panggung lantai dansa.
Membetoti ujung bibir janggut lelaki dewasa.
Untuk menghisap nyilu pada silikon yang mengelupas.

Untuk tubuhnya atau kecuali Tuhan yang terburu-buru menyutubuhinya.
Tiap waktu menjelang pagi, kamu terus mencari.
Dimana kau mencari kelamin-kelamin rebah di etalase pertokoan.
Meninggalkan kartu kredit, dan lelaki hidung belang menjajakan tubuhnya dengan basah.
Lewat hujan yang mengerang karena dusta.



Friday, 18 October 2013

Andriani

Ku tak mengerti dari mana ku mulai cerita ini.
Ku coba tuk memulai berdasarkan syairku.
Karena, satu kekeliruan kecil akan merusak kesempurnaannya.

Ku tak mampu menggambarkan dirimu dalam fana.
Kau terlalu berharga. 

Jutaan kata telah ku rangkai.
Ribuan waktu telah ku tunggu.
Hanya untuk membuat cerita yang siap ku kenang.

Kehadiranmu yang selalu ditemani oleh senyum, selalu kunanti.
Kau persis seperti pelangi.
Yang selalu ku nanti.
Aku menanti karna aku tau kau tak selalu ada.

Tatap matamu.
Menjadi alasan aku tuk selalu siaga dalam indahnya kamu.
Aku, sudah siap tuk memulai semua cerita ini.

Namun..
Aku hanya seorang nasabah.
Yang hanya bisa mencinta dan dicinta.
Yang hanya bisa manuai rasa kasih sayang darimu.

Tulisan dalam syair ini kutunjukkan padamu.
Aku pengagummu.
Aku menyukaimu.
Aku bahkan mencintaimu.

Dari setiap rasaku ini.
Ku simpan kisah ini dalam bayang kabut sukmamu.

Sasana Rahasia

Dimulai dengan huruf.
Tiap potong baris mengkaji makna dalam kata.
Ketika aku berbicara, rongrong naluri memekkakan telinga.
Kalimat bahasa hati yang tak dimengerti.

Lalu kata..
Hingga malam ini menjadi pecinta yang mencinta dalam bara.
Mencari sasana yang untuk kutitipkan cahaya rahasia yang entah pada siapa.

Kadang terasa kasat mata, yang tertulis hanya serangkaian kata.
Dalam aksara bermakna, lebih dari sekedar indah dalam perbincangan para dewa.

Ketika lelahku meninggi.
Ku ucap doa dalam tidur.
Kusempatkan sejenak mengenang lirik sajak langit yang teduh agar tak ku lupa asa ketika kau jauh.

Saturday, 5 October 2013

Cukup Lebih Dari Sekedar...

Kamu itu cukup lebih dari sekedar, teman...
Kamu bahkan melebihi dari sebuah sahabat.
Kekasihpun bahkan tak seindah kamu.

Kamu itu cukup lebih dari sekedar, kaka...
Aku tidak menyata seperti adik.
Karna kamu tidak layak sebagai kaka.
Apalagi sepupu.

Kamu itu cukup lebih dari sekedar, pacar...
Kamu melebihi seorang istri.
Kamu selalu berbagi bersamaku.

Kamu cukup lebih dari sekedar...
Bahkan cinta dibuatnya malu. 
Selalu saja, karnamu..

Ada Cinta Yang Tidak KITA Bagi??

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling bertukar karbondioksida.
Tak jarang berbagi oksigen.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita berbagi pijakan.
Tempatku berpijak, seringkali kau gunakan untuk duduk.
Tempatmu tidur, seringkali kugunakan untuk bekerja.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita sering berbagi asap, terlebih dari sumbu yang sama.
Kadang hanya waktu yang sama.
Kamu tidak bisa menyukai pekat milikku seperti aku sanggup bertahan dengan manisnya milikmu.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling berbagi cerita.
Ah, meskipun itu sudah terlalu biasa.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling berbagi ranjang.
Kadang kita bersebelahan.
Kadang kita berlindungn dalam peluk selimut dalam telanjang.
Sesekali kita saling membelakangi.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kita saling berbagi luka.
Tidak, itu tidak berarti kita saling melukai dan menyakiti.

Ada cinta yang tidak kita bagi??
Kamu berbagi segalanya.
Kecuali..

CINTA.

Bahasa, Diam

Malam ini tak seindah biasanya.
Jangkrikpun tak lagi bernyanyi.
Isukan sunyi bercambuk cekam.
Lirih pedih riuhkan hati.

Sendiriku termakan kehampaan mendalam.
Tak tersimak apa-apa.
Aku diam, diam segudang bahasa.

Wednesday, 31 July 2013

Kataku,...

Terjadi perbincangan apik.
Antara aku dan mimpi ku.
Berceritakan tetang satu individu.
Yang merangsek hadir mengisi aku.


Tabir telah terkuak tentang mu.

Hadir mu bagai denting dawai.
Seketika melejit dan temani malam ku.


Dewi rembulan menyapa ku.

Memberi isyarat iya bercemburu pada mu.
Namun dewi itu tetaplah semu.
Hanya tampak lewat mimpi.


Tiap malam ku semakin diwarnai olah sejuta bintang.

Tampak jelas bintang itu setia berada disekitar mu.
Hingga menghiasi titik pasi mu.


Manik-manik nirwana seperti akrab dengan mu.

Yang kian menembus awan.
Lalu mengorbitkan pesona mu.


Besik kecil ku.

Berjalanlah kau sesuka hati mu.
Hinggaplah dimana pun kau suka.
Lalu, bawalah aku ke alam mu.


Biarkan aku menatapi pesona mu.

Ijinkan aku mengagungkan mu.
Meski hanya sekedar pengagum.


Lalu...

Kita lewati batas mimpi tanpa batas.

Wednesday, 24 July 2013

Diary For Love Edisi 12

Setapak demi tapak kaki membekas pada wadah cinta.
Dimana tercampur suka, duka, lara, luka.
Dan senyum mu sebagai penyedapnya.

Bekas pada wajah itu permanen.
Tak dapat ku hapus dengan cerita ku.

Ruang Dan Tungkuk Tak bertuah

...,
Denting alunan suara instrumtal klasik mulai memenuhi ruangan.
Suaranya terdengan indah.
Meromantiskan nuansa diantara kita.

...,
Suara terompet dan keyboard seakan menari-nari dalam otak ku.
Membawa ku kedalam keindahan.
Ku sandarkan sejenak kepala ku di bahu mu.

...,
Ku rekatkan kedua tangan ku tepat dihati mu.
Ku bawa kau tuk merasakan indahnya romansa ruang diantara kita.

Lihatlah kasih...
Ini dunia kita.
Dunia dimana kau dan aku semakin membumbungkan rasa.
Dinding langit menjadi saksi dimana kita bersatu.

...,
Kedamaian yang terjadi disini adalah sebuah tungkuk.
Dan kita sebagai isinya.
Meramaikan tungkuk yang konon tak bertuah.

...,
Banjiri semua ruang dengan perjalanan.
Perjalan yang mengenang dan terus berkenang.

Putihkan yang hitam.
Warnai tiap-tiap sudut dengan "KITA".

Kau = Indah

Percayakan tuhan itu selalu mempunyai cara untuk memberi sesaji penghibur.
Sepintas kelabu.
Tapi semakin kelabu kau semakin meng abu.

Kemudian ku tertampar dari diam.
Sesosok adam mendekat.
Melempar senyum ringan.

Menatap matanya adalah sebuah keindah.
Sendari berdesir semilir rasanya.
Dan kau luput dari tatapan ku seketika.

Bayang mu memimpi ku.
Meningkatkan daya rasa ku semakin tinggi.

Kembali kita bertemu.
Percayakah kau semakin indah tiap waktu.
Ku percaya memang hiasan takdir yang mempertemukan mu pada ku.

Tuesday, 23 July 2013

Bahtera illahi

Selamat datang kasih.
Selamat bersemayam kan asa mu pada ku.
Kini, harapan menjadi nyata.
Janji pun telah tersemat diantara kita.

Diatas lafal ijab kabul.
Ku bawa dunia mu kedalam sebuah petualangan baru.
Bersama mu, selamanya.

Kini, ku bawakan segelas madu sebagai hidangan.
Diatas restu yang tersulam apik.
Menuju anjungan bahtera di taman surga.
Kan ku jadikan kau permata di dalam pentas hidup ku.

Pinta ku...
Temani aku menyelam dalam iktan ini.
Dengan jiwa raga ku dibawa ke alamnya kian suci.

Pada mu, kan ku berikan sekalung illahi.
Dengan seperankat alat sholat sebagai pedomannya.
Atas nama illahi beserta para pengikutnya.
Ku bawa kau tuk menuju rumahnya.
Dimana tinggal sosok hawa soleh soleha pada adamnya.

Kan ku bimbing sama langkah mu sejajar.
Disaat kau jatuh dan tertelan empedu.
Aku lah sang penawar bagi mu.
Memegang erat tangan mu dan ku bantu berdiri.

Bila ku tertusuk duri.
Jadikan lah kamu sebagai penawar ku.
Cabut duri itu.
Lalu baluri aku dengan penawar bernama 'pengertian'.

Kasih, kekal lah kamu bersama ku.
Langit telah menulis kisa kita.
Dedaunan, kupu-kupu dan angin telah menjadi saksi.
Saksi dimana takdir menuntut tanggung jawab kita sebagai sepasang kekasih.

Sujud Ku Dan Dengkul mu

....,
Pagi ini, ketika mata telah kembali dari lelahnya.
Aku kembali dalam nuansa baru.
Dengan harapan baru dan rasa yang baru.

Pagi ini, ketika tatap mata memandang.
Terlihat sepintas bayang kaum hawa.
Bayang yang amat indah 

yang dicipta tuhannya terkasih.

Ku sandarkan sejenak nafas ku untuk merasanya.
Menikmati hitam diatas putih.
Kau bernuansa, walau fana.

...,
Dinding langit berwarna.
Tersenyum riang menemani fana.

Pelangi menggarisi langit.
Membatasi antara sujut ku dengan dengkul mu.

...,
Seketika mentari menangis.
Membanjiri tiap sudut rasa ku.
Menggenangin harapan dan seketika menenggelamkannya.

Sendu sedan tercipta disini.
Tepat dihati ini.
Diantara rasa yang membumbung dan kewajiban atas sembah padanya.

...,
Bagiku, sujud ku adalah meratanya raga ku.
Dimana aku memohon dan meminta pada tuhan.
Sujud ku adalah dimana aku mendekatkan diri pada tuhan.

Bagimu, dengkul mu adalah wahana kerendahan hati.
Dimana kamu memohon pada tuhan dan berserah padanya.

Tapi mengapa keduanya tidak dapat bersatu??
Kita memiliki tujuan hidup yang nyata.
Tapi, keyakinan membatasi kita untuk bersama.

...,
Kehendak ku hanya menjadi asa.
Niatan ku bersama mu semakin fana.
Memeluk mu hanya akan semakin abu-abu.

Seketika aku merasa sendiri.
Dimana aku berada dekat pada ketidak yakinan.
Menimbulkan hal yang berujung pada aku yang merasa tersendiri.
Tanpa kamu, tanpa tuhan dan tanpa siapa-siapa.

...,
Ditengah rasa gundah gulana.
Ku serahkah takdir pada tuhan yang maha bijaksana.

...,
Mata ku pun kembali terpejam dalam sujud didalam rumah tuhan mu.

Monday, 22 July 2013

Doktrin Atheis

Setiap kehidupan berawal dari permulaan.
Tercipta dengan benih terlanjang.

Tak pernah mengerti serabut atau tunggang.
Hal yang menancap pasti di perut bumi.

Nasib usang dari sebuah permulaan.
Yang berujung pada makna sebab-akibat.

Apalah arti awal??
Apalah arti cara??
Dan apa arti akhir??

Dan, apabila berujung sama.
Membusuklah di liang kubur!!

Diary For Love Edisi 11

Denting piano melantunkan nada indah.
Mendamaikan hati yang rancu.

Tiap-tiap nada, mewakili setiap sedih ku.
Isak tangis pun deras tak beraturan.

Masih ku ingat indah senyum mu.
Kau pun masih indah dalam memori ku.

Terbawa ku dalam nestapa.
Dengan khayal ku pada mu.

Sunday, 21 July 2013

Aspirasi

Renungkan hari kemarin.
Tentang apa yang telah kamu upayakan.

Kegagalan hanyalah sebuah hal.
Bukan persoalan.

Ratapi letupan ilusi.
Masih berhayalkan dalam intuisi??

Rendam aku.
Hina aku semau mu agar tenang menyatu.

Terdekaplah dalam lamunan yang takkan berlalu.

Diary For Love Edisi 10

Waktu ku tak lagi panjang.
Walau tuk sekedar percaya dan meyakinkan hati.

Akankah sinar cerah pagi kan terus menghangatkan ku??
Akankah cahaya indah malam kan setia menyinari ku??

Atau...
Aku hanya akan tetap menjadi aku yang setia tertidur dalam mimpi.

Story Of Love

Ada cerita yang tersimpan apik.
Yang tak mampu terungkap.
Tentang aku yang mengagumi mu.

Tak terungkap bukan berarti ku ingin merasakan sendiri.
Hanya saja aku tak mengerti untuk mengungkapkan nya.
Prihal rasa, terlalu sulit untuk ku ucap.

Cerita ini mungkin terlalu sulit untuk dibagi.
Hanya karna ku tak siap untuk berbagi.
Biarlah ku genggam rapat di hati.

Kisah ini ku tulis dalam dekapan indah peluk mu.
Walau kau ku rasa hanya dalam imajinasi ku.

Kau nyata dalam tatap pandang ku.
Kau nyata dalam raba ku.
Kau nyata dalam pesona mu.
Kau tampak nyata dalam rasa ku.

Kisah ini ku tulis dalam nyata.
Dengan segala rasa yang ku punya.
Ku laksana angin yang siap berada disisi mu setiap waktu.

Jika kau merasa, lihatlah aku dengan segenap suka cita mu.
Pandang dalam-dalam mata ku dan rasakan.
Ku luluri kau dengan tiap kasih yang ku punya.

Senyum mu, selalu jadi pemandangan indah.
Tutur kata mu kan ku jadikan panutan.
Aku benar terpesona oleh mu.
Andai kau tau!!

Dalam kisah ini ku nyatakan dengan sejujurnya.
Tanpa kata dalam dusta.
Tanpa kata yang tidak dibuat.
Benar aku telah jatuh dalam kasih dan sayang pada mu.

"This is my story of love"

-I hope you realize-

Tuesday, 16 July 2013

Fatamorgana

Semilir angin berputar diantara kelabu lusuh.
Dibalik jendela, masih di tatapnya gerimis mata dari anak itu.
Gerimis yang tertumpu apik di dalam lebam matanya.

Tunggu nak...
Tunggu, ucapnya.

Selendang bidadari pun memudar.
Tepat diujung langit yang tampak berkabut...
Laut pun membisu...
Dan gemercak ombak masih bersamar-samar di gulungan sunyi.

Tunggu nak...
Tunggu, katanya kembali.

Masih dia menunggu.
Duduk di pinggiran biduk-biduk.
Yang terbengkalai sepeninggalan empunya.

Dipandanginya anak tersebut.
Entah sampai kapan...
Dia pun melempar pandang ke batas langit.

Sabarlah nak...
Sabar, katanya lagi.
Tunggulah disini.

Gemerlap hujan bintang membiarkan ia mengendah.
Dibalik kelabu, di bagian sisi jagat raya terkesampingkan.
Mengharap sedikit pancaran bulan menyapa.

Pada kesunyain itu, dua kelopak matanya merekah.
Menandakan sebuah harapan tinggi akan takdirnya.

Bersabarlah nak...
Bersabar, katanya kembali.
Menunggulah ia...

Selembar sajak tentang angsa.
Tentang kabut.
Tentang pohon.
Tentang malam dan tentang ia yang menidurkannya.

Membunuh keresahan.
Membuka lipatan waktu yang terbuang.
Larut dalam tarian mimpi.

Malam pun kian meninggi.
Wajah rembulan mulai berkilau.
Pancarannya jatuh, menembus kelabu malam itu.

Semua menjadi bayangan.
Namun dia tetap terlelap pada tidurnya.
Berbantalkan butiran embun.
Dan sedikit bayang-bayang kelabu.
Kerinduan masih tergeletak diantara sajaknya.

Menunggulah ia...
Pada bayangan.
Dalam fatamorgana...

Tentang riuh...
Tentang canda seorang ibu.

Jauh di negeri awan.
Yang dia sendiri pun tak mengerti arahnya.

Diary For Love Edisi 9

Hampa terasa menyelimuti.
Setelah kepergian mu.
Tanpa tau pasti keberadaannya.

Titip salam ku lewat sang pagi.
Namun ku tak ingin melihat mentari.
Meski pun cerah dan indah.
Untuk jiwa-jiwa yang sepi.

Saturday, 29 June 2013

Diary For Love Edisi 8

Merintih diantara perih dan lirih.
Antara aku dan dia.

Pijakkan kaki ku tuk menemani bayang mu.
Ku ikuti arus tapak kaki mu melangkah.

Senyuman mu selalu mewarnai.
Dijemari ujung bibir mu menanti.

Aku setia menanti.
Dan kau setia diantara penantian ku dan kasih mu.

Apatis

Siapa peduli siapa??

Siapa peduli apa??

Siapa peduli pada apa??
Dan..
Siapa peduli bagaimana??

Wednesday, 26 June 2013

Simbiosis Mutualisme

Mau ku suka kau.
Mau kau suka ku.
Suka ku mau kau.
Suka kau mau ku.

Mau ku kau suka.
Mau kau ku suka.
Suka ku kau mau.
Suka kau ku mau.

Ku suka kau mau.
Ku suka  mau kau.
Kau suka ku mau.
Kau suka mau ku.

Ku mau kau suka.
Ku mau suka kau.
Kau mau ku suka.
Kau mau suka ku.

Abdi Mesum

Kelopak Kriput terus ku susuri.
Mawar hampir mati ku sirami.

Kubelai bunga-bunga di taman orang.
Tak perduli ku tubuh terancam parang tuan.

Ku sisiri benang kusut.
Ku nikmati parang-parang berterbangan.

Patriarki

Nama ku patriarki.
Aku senang dengan hobi menelanjangi hak perempuan.

Nama ku patriarki.
Ku berjalan dengan kaki menginjak kesetaraan.

Nama ku patriarki.
Kasur adalah doktrinasi ku.

Nama ku patriarki.
Coba jabat tangan ku.

Sampai kapanpun, kau takkan bisa menjatuhkan ku.

Rapuh

Helai demi helai menguning.
Satu demi satu mulai memijakkan pada bumi.
Tinggal menghitung, berapa helai lagi yang akan berguguran.

Setiap helai menjadi ranting.
Dan menunggu.
Kapan ajal menjemput.

Mimpi

Cinta itu kamu.
Kamulah cinta.
Nama mu, terpahat indah dalam hal ini.

Kamulah cinta.
Bersama kerinduan tiada tepi.
Niscaya sakti, kaulah si empunya.

Kamulah cinta.
Dari segala kelebihan mu, aku pilu.
Dan segala kekurangan mu, aku rindu.

Kamulah cinta.
Tiada yang dapat ku persembahkan, kamu.
Tiada yang dapat ku kiaskan, kamu.
Aku tau.

Kamulah cinta.
Tak tebayang tuk harapkan mu.
Bahkan untuk menjalani kenikmatan fana.
Aku berotasi, berputar.
Disekeliling bayang, kamu.

Kamulah cinta.
Mencintai mu bukanlah arti.
Memiliki mu hanyalah dini.
Mengertikan mu adalah mimpi.

Wednesday, 15 May 2013

Diary For Love Edisi 7

Sejenak terfikir tuk lelap disisi bintang.
Dan bermimpi indah dalam pelukan rembulan.
Menjabarkan sebuah khayalan tentang aku dan kamu.

Aku selalu berambisi dan mengkaji tiap khayal ku.
Menuju hari-hari aku dengan kamu.
Berhiaskan warna-warna cinta.
Akan ku lukis nama kita dalam warna.

Namun ku terbangun.
Fakta membawa ku tetap dalam kesendirian.
Tanpa cinta.

Menari Dalam Gelombang


Matahari mulai menampakkan senyum.
Dan pagi pun bersiap untuk semakin cerah.
Siap tuk memulai tantangan hari ini.

Meski gelombang menerpa.
Jangan pernah berhenti tuk menari didalamnya.

Ketika jenuh dendam terasa.
Jangan pernah berhenti melaju.
Badai hanya sedikit tantangan.

Hidup memang tak seelok dalam fikiran.
Keras, kejam, kerap menghantui.

Rekalah awan diangkasa.
Raihlah, gasak sejuta bahagia.
Jangan pernah berhenti atau takut.
Teruslah menari dalam gelombang.

Pelacur Kota Lama


 Diujung jalan dia menanti.
Dengan pakaian dibawah selangka.
Berhias menor demi sedikit upah atas jasanya.

Dia melempar senyum dengan tatapan genit walau setengah hati.
Melambai rayu setiap pejalan kaki adam.


Hati kecilnya pun berkata…
Adakah hari tanpa seperti ini??
Adakan masa menikmati sisa hidup duniawi??

Matanya pun melebam.
Berkaca-kaca pada kehidupan.
Berharap keadilan atas dunianya pada Tuhan.

Diujung malam masih menunggu.
Dengan sedikit harapan untuk penyambung hidupnya.
Diantara dosa dan kenistaan.

Pojokkan taman kota lama itu menjadi saksi.
Dia duduk bersimpul.
Memohon segala ampun dan berharap mendapat kelapangan atas dosanya pada Tuhan.

Hati kecilnya mengis, meronta.
Berjalan tersiak gontai terisak.

Dia meneruskan jalannya menelusuri tiap sudut kota lama.
Dengan lemahnya dia menyusur dan melempar senyum.
Lalu hilang ditelan pagi buta…

Lakon Badut Tua




Senyum ku malam ini, adalah yang teriang.
Memulas ujung bibir teramat manis.

Binaran mata ku, lebar membelalak.
Lengkap sudah senyum ku di akhir periode ini.

Tanpa blush-on.
Pipi ku cukup sekal untuk mengisyaratkan senyum mahal.
Bibir ku tak perlu merah untuk sebuah pamor.

Pijaran cahaya bulan pasti menemani senyum renyah ku.
Aku kan selalu buat mu tersenyum bahagia.

Saat kau disisi ku.
Aku kan selalu menjadi orang yang membuat mu bisa melepaskan banyak senyum bahagia.
Aku kan menjadi orang yang menyenangkan.

Kamu harus bahagia.
Kamu bisa bahagia dan layak berbahagia.

Peran ku sangat luar biasa untuk sebuah lakon.
Bersyukur atas episode di akhir periode ini.
Rasa syukur terpanjat dengan berlalunya peran lakon ku.

Ku lemaskan otot-otot tegang tawa ku tadi.
Tersungkur aku disudut malam yang hitam.

Punggung mu tak lagi kudapati disana.
Bayang mu pun hilang bersama senyum sumringah mu.

Aku berhasil membahagiakan dan manguatkan mu lagi malam ini.
Pulanglah, Kembalilah pada hidup mu.
Kaki mu sekarang cukup kuat tuk memijak.

Celoteh mu sekarang banyak bercerita tentang esok yang benderang.
Aku akan selalu disini tuk menghibur mu dalam tawa.

Tiap kali kau hampiri aku.
Kau harus pulang dengan pijakan pasti.
Kau harus kuat untuk benderang esok hari.

Biarkan disini aku menghitam.
Dalam malam tanpa sinar bulan.
Berkeluh kasih pada sepi.
Berselimutkan resah.

Seperti saat ini.
Ku lemaskan rongga otot yang menegang.
Ku pijat tubuh tua ku sendiri.
Tanpa mu.

Aku tetap akan berperan menjadi badut.
Yang akan siap menghibur mu.
Terus dan selalu.
Aku kan selalu meninggikan mu, tanpa jeda.

Pesta Metafora


Pada dasarnya senja bukanlah hal yang istimewa.
Penyair kesepianlah yang binal.
Membuatnya bagai panggung perayaan.
Tempat segala rasa hatinya tumpah ruah diatasnya.

Penyair itu bernyanyi-nyanyi.
Bersama warna-warna dan pesta metafora.

Nanar Dalam Bias


Nanar nan tersamar yang selalu ada didekat ku.
Tersamar bias akan keangkuhan mu.
Melupakan kisah kasih yang terajut dalam benang sutra.
Terhempas bak bulu-bulu domba tak berguna.

Aku diasingkan dari pedalaman sisi hati mu.
Aku laksana hidup tanpa tuah.

Kini…
Tak lagi kan kuingat kisah tentang mu.
Ku lempar jauh kedalam sumur tak berujung.
Agar kau mengerti sakit yang tak berujung.

Aku bersama sejuta mahabbah dalam jiwa.
Yang kau tampar tajam.
Aku dengan sejuta kasih.
Yang kau buang semu.

Kini…
Akan kau dapati aku angkuh akan cambukkan mu.
Aku pun tegar dalam tajamnya bising mu.

Harap ku untuk kau mati dalam angkuh mu.
Untuk mu mati dalam ego mu.

Hingga tersadarkan kamu dalam nyata mu.
Tersadar bahwa aku sebagian dari kamu.

Nanar ku dalam bias.
Bias yang bahkan tak berujung dan pasti.