Senyum ku
malam ini, adalah yang teriang.
Memulas
ujung bibir teramat manis.
Binaran mata
ku, lebar membelalak.
Lengkap
sudah senyum ku di akhir periode ini.
Tanpa
blush-on.
Pipi ku
cukup sekal untuk mengisyaratkan senyum mahal.
Bibir ku tak
perlu merah untuk sebuah pamor.
Pijaran
cahaya bulan pasti menemani senyum renyah ku.
Aku kan
selalu buat mu tersenyum bahagia.
Saat kau
disisi ku.
Aku kan
selalu menjadi orang yang membuat mu bisa melepaskan banyak senyum bahagia.
Aku kan
menjadi orang yang menyenangkan.
Kamu harus
bahagia.
Kamu bisa
bahagia dan layak berbahagia.
Peran ku
sangat luar biasa untuk sebuah lakon.
Bersyukur
atas episode di akhir periode ini.
Rasa syukur
terpanjat dengan berlalunya peran lakon ku.
Ku lemaskan
otot-otot tegang tawa ku tadi.
Tersungkur
aku disudut malam yang hitam.
Punggung mu
tak lagi kudapati disana.
Bayang mu
pun hilang bersama senyum sumringah mu.
Aku berhasil
membahagiakan dan manguatkan mu lagi malam ini.
Pulanglah,
Kembalilah pada hidup mu.
Kaki mu
sekarang cukup kuat tuk memijak.
Celoteh mu
sekarang banyak bercerita tentang esok yang benderang.
Aku akan
selalu disini tuk menghibur mu dalam tawa.
Tiap kali
kau hampiri aku.
Kau harus
pulang dengan pijakan pasti.
Kau harus
kuat untuk benderang esok hari.
Biarkan
disini aku menghitam.
Dalam malam
tanpa sinar bulan.
Berkeluh
kasih pada sepi.
Berselimutkan
resah.
Seperti saat
ini.
Ku lemaskan
rongga otot yang menegang.
Ku pijat
tubuh tua ku sendiri.
Tanpa mu.
Aku tetap
akan berperan menjadi badut.
Yang akan
siap menghibur mu.
Terus dan
selalu.
Aku kan
selalu meninggikan mu, tanpa jeda.