Thursday, 9 May 2013

Secangkir Kopi Belati


Berasa pahit di bibir, secangkir kopi.
Meredamkan raba rasa lidah.

Pahit asam kau disana, panas.
Membakar semua nadi dan darah.
Pahit, hitam, panas membelalakan mata.

Belati tertusuk diatas meja takdir.
Berkilat, menyilaukan mata.
Tajam mengiris sanubari, dingin membeku.

Sayatkan saja pada tubuh serupa boneka.
Sampai merahnya bercucuran mewarnai seujung jari.

Aku tak akan memilih.
Jiwa, raga, roh ditikam kematian.

Ku tikamkan belati pada cangkir kopi.
Cangkir terpecah belah.
Beling-beling cangkir meronta tak rela tertikam.

Menyayat luka itu seperti sembilu, sakit.
Ketika sakit, doa itu pun terlepas penuh nyali.

Biarkan tumpah darah itu pada tanah.
Pahit tersayat itu seperti malam, hening.

No comments: